BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 30 April 2011

VAIO YB Series

VAIO Seri YB: Jawaban Semua Gaya Belajar Mahasiswa Sains dan Kesehatan

“Bukan pertumbuhan yang lambat yang harus anda takuti. Akan tetapi anda harus lebih takut untuk tidak tumbuh sama sekali. Maka tumbuhkanlah diri anda dengan kecepatan apapun itu.” Demikian pesan Mario Teguh yang dirasa pas untuk dunia sains dan kesehatan saat ini. Dunia sains dan kesehatan memang mengalami pertumbuhan setiap harinya. Sayang, pertumbuhan ini cenderung lambat karena kekurangan fasilitas teknologi.

Selain itu, mungkin kita sering mendapati seseorang yang berprestasi dengan baik selama di sekolah menengah atas, tapi di perguruan tinggi mulai tertatih-tatih bahkan gagal karena ketidaktahuan gaya belajar yang cocok dengan mereka dan tidak menemukan fasilitas yang sesuai dengan gaya belajar tersebut.

Inilah tantangan yang harus dijawab oleh para produsen. Bagaimana menciptakan teknologi baru guna menangkas semua permasalahan mahasiswa sains- kesehatan untuk dapat belajar dengan optimal.

VAIO Seri YB dan Dunia Sains- Kesehatan

Sangat sulit jika sistem pembelajaran dalam dunia sains- kesehatan masih dalam taraf tutorial dua dimensi. Saat para mahasiswa ingin memahami hal- hal rumit mengenai tubuh, seperti mekanisme pembuatan kulit buatan secara in vitro menggunakan stem sel atau penghantaran makanan melalui sistem kardiovaskuler manusia, maka tidak cukup dengan membaca buku atau mendengarkan tutorial dari dosen saja, melainkan perlu praktek menggunakan beberapa software ‘berat’ dan bantuan video- video animasi untuk bisa mengerti ilmu tersebut.

Misalnya untuk mempratekkan hubungan pemberian dosis obat dengan respon tubuh, dapat digunakan software WINSAAM®, tetapi karena banyaknya data yang dimasukkan dan prosessor komputer dipaksa bekerja keras dalam membuat plotnya, maka sering kali komputer yang digunakan mengalami ‘hang’ dengan loading yang lama dan hilangnya data akibat ‘bug’ yang muncul. Untuk itu, diperlukan suatu teknologi yang mampu menanggung dengan mudah berbagai software dunia sains- kehatan tanpa ‘lemot’ dan ‘bug’ di dalamnya. Tentu saja hal ini dapat dijawab dengan prosessor yang canggih dari suatu komputer. Prosessor yang canggih ini terdapat dalam VAIO Seri YB yang baru release beberapa bulan lalu.

VAIO Seri YB menggunakan prosessor AMD Fusion, yang merupakan gabungan tiga buah komponen yaitu prosessor, graphics, dan kontrol memori dalam satu chip. AMD Fusion bukan lagi sebuah CPU (Central Processing Unit) atau GPU (Graphics Processing Unit) melainkan sebuah APU (Accelerated Processing Unit). APU ini mampu menjalankan berbagai software dan game lebih ringan dibandingkan prosessor atom. Sehingga saat menjalankan program seperti MOE®, WINSAAM®, Chem Draw® dll, kemungkinan munculnya ‘bug’ sangat kecil tanpa membebani komputer berlebihan.

VAIO-YB Series dan Berbagai Gaya Belajar Mahasiswa

Masing- masing individu memiliki gaya belajar yang berbeda; gaya visual, auditori dan kinestetik. Walaupun sebagian dari kita belajar dengan menggunakan ketiga gaya ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya. Maka, Tiap individu dengan perbedaan gaya belajar tersebut berhak mendapatkan fasilitas belajar yang sama efektifnya dalam menyerap informasi ilmu. Para mahasiswa sebaiknya mengerti gaya belajar mereka dan mengetehui bahwa tidak semua notebook kompatibel pada gaya belajarnya, kecuali VAIO Seri YB ini.

Mahasiswa dengan gaya belajar visual sangat memperhatikan penampilan dan saat kuliah akan lebih mudah menyerap informasi melalui tampilan visual seperti gambar atau video bergerak serta cenderung tidak pandai memilih kata dalam sebuah presentasi. Maka gaya belajar visual membutuhkan bantuan video animasi untuk dapat memahami suatu proses/ peristiwa, misalnya pada proses cloning gen. Sedangkan saat presentasi, mahasiswa visual membutuhkan multimedia atau animasi sendiri untuk menggambarkan dan menjelaskan agar orang lain lebih mudah memahami apa yang disampaikannya.

Untuk itu, orang visual akan sangat terbantu dengan adanya VAIO Seri YB ini. Selain dengan desain dan tampilan warna-warni yang ‘catchy’ bagi tipe visual, seri terbaru SONY ini juga mampu menampilkan video dengan high resolution dan high definition lebih baik dibandingkan seri lainnya. Apalagi VAIO Seri YB ini dilengkapi dengan port HDMI untuk menampilkan konten ke LCD TV, sehingga memutar video atau film bisa lebih mengasyikkan. Seri ini juga mampu menangani berbagai software graphics yang dikenal ‘berat’. Sehingga untuk membuat video animasi sendiri dari software Macromedia Flash® atau 3D Max® untuk simulasi dan presentasi tidak perlu khawatir konputer akan menjadi ‘hang’ atau lambat. Kelengkapan VAIO Seri YB ini sangat menunjang dalam pembelajaran dan menjawab berbagai permasalahan belajar dan kreativitas pembuatan animasi bagi pembelajar visual.

Ada pula gaya belajar auditori. Mahasiswa auditori menyerap informasi melalui mendengar dan mengingat apa yang didiskusikan dan cencerung pandai menjelaskan sesuatu panjang lebar saat presentasi. Mereka akan lebih mudah memahami dengan merekam tutorial atau diskusi yang ada di kelas. Misalnya merekam tutorial tentang mekanisme perjalanan obat menuju reseptor yang ada di otak. Maka gaya belajar auditori membutuhkan baik alat perekam maupun alat pemutar media yang baik. Namun yang terpenting adalah, pembelajar auditori membutuhkan sistem back up data yang handal untuk menjaga data- data rekaman tersebut tidak hilang. Menjawab masalah ini, VAIO Seri YB memiliki fitur khusus yang dinamakan Vaio Care. Pada Vaio Care ini orang auditori dapat melakukan recovery untuk mem-back up data- data mereka dengan aman. Fitur khusus ini menghapus kekhawatiran kita dalam kehilangan data secara simultan sehingga tidak akan ada masalah lagi untuk kehilangan data dalam belajar.

Selain itu, ada gaya belajar kinestetik. Mahasiswa kinestetik belajar melalui praktek, suka bergerak, dan menyukai isyarat tubuh. Mereka akan lebih mengerti tentang sesuatu jika dipraktekkan atau dengan media nyata yang bisa disentuh. Saat mengahafal sesuatu mereka senang sambil berjalan membawa bahan kuliah dan menggerakkan anggota tubuh (tangan). Maka gaya belajar kinestetik sangat menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama dan tentu saja membutuhkan sesuatu yang ringan sebagai bahan kuliah yang bisa dibawa kemana pun. Tantangan ini juga di-cover oleh VAIO Seri YB. Produk dengan ukuran imut dan berat hanya 1,46 kg ini tentu saja sangat mudah dalam hal mobilitas, sehingga orang kinestetik bisa dengan mudah membawa notebook ini ditangganya sambil dibawa berjalan kesana- kemari untuk belajar tanpa harus repot mengeluarkan biaya lebih untuk print dan fotokopi. Selain itu VAIO Seri YB ini memiliki fitur yang unik dan tidak dimiliki notebook lain, yaitu ‘motion gesture’. Fitur ini memungkinkan orang kinestetik menggeser gambar, musik atau video hanya dengan melambaikan tangan ke Webcam sebagai perintah Next, Previous, dan Pause. Hal ini jelas sangat menyenangkan bagi pembelajar kinestetik yang sangat menyukai gerakan. Misalnya saat menghapal susunan tulang dan anatomi tubuh manusia, maka hanya dengan meletakkan notebook di meja, orang kinestetik bisa menghapal sambil berjalan dan dapat mengontrol pergeseran gambar hanya dengan melambaikan tangan. Fitur ini tidak akan ditemukan pada notebook lainnya dan sangat mendukung pembelajar kinestetik optimis meraih nilai terbaik dalam studinya.

Dunia sains- kesehatan adalah dunia yang tidak akan pernah menemui pangkalnya. Semua perkembangan di bidang sains- kesehatan menjadi perhatian penting bagi masyarakat luas. Seringkali hasil penelitian pada kedua bidang ini menjadi sangat ditunggu-tunggu guna peningkatan kualitas hidup mnereka. Kreativitas dalam dunia sains dan kesehatan merupakan bahan bakar utama dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu tersebut agar lebih mudah dipahami. Pembelajaran yang efektif hanya akan tercapai jika kebutuhan pokok dalam proses belajar terpenuhi, yaitu tersedianya fasilitas belajar yang memadai dan sesuai dengan gaya belajar masing-masing individu.

Melalui ulasan di atas, dapat dipastikan bahwa para mahasiswa sains- kesehatan yang pada awalnya kesulitan dalam menjalankan software- software sains yang ‘berat’ serta kesulitan dalam mengeti materi kuliah tidak akan merasakan kendala lagi. VAIO Seri YB dengan berbagai keunggulan dan kelangkapan fiturnya telah mampu menjawab semua kesulitan tersebut. Dengan VAIO terbaru ini masa depan dunia sains dan kesehatan akan semakin melaju pesat dengan tak terbatasnya kreatifitas serta keoptimisan para mahasiswa. Melesatnya kemajuan dunia sains dan kesehatan di Indonesia sama dengan melejitnya keberadaan Indonesia di mata internasional dan VAIO Seri YB telah sangat berkontribusi untuk mewujudkan itu semua.[]

Daftar pustaka

Sudono, Agus dan Sutanto, 2009, The Complete Book of Science, New Orchid, Yogyakarta.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki, 2002, Quantum Learning, Kaifa, Bandung.

Senin, 21 Maret 2011

review novel-Q

ini adalah sedikit review noel pendukku dari seorang teman,,,silahkan dibaca...semoga bermanfaat terutama untuk aku sendiir...hhheheehh^^



Menyenangkan. Membaca cerita tentang perjalanan seorang menemukan hidayah adalah hal yang menggembirakan. Menyadari bahwa betapa Allah masih memberi kita hidayah, nikmat iman dan islam. Selalu bersyukur untuk itu. Selalu membangkitkan rasa haru. Subhanallah...

Novel yang terakhir saya baca, Martin, karya Ana Izzihni adalah sebuah novel pendek. Atau lebih tepat disebut novelet. Bercerita tentang perjalanan seorang Martin-remaja sma asal jakarta, yang pindah ke jogja dan akhirnya masuk islam. Pergulatan pemikiran martin menjadi tema sentral, sampai akhirnya sang tokoh masuk islam. Sebenarnya ini bukan sebuah kejutan, karena cerita dimulai dengan flashback –adegan martin yang gembira lantaran ia telah bersyahadat dan kembali ke cerita masa-masa awalnya.

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian, selama membaca novel ini.

- Logika cerita.
Kisah yang dibangun pada awalnya sangat baik. Dua tokoh sentral yang bertemu di kosan. Penggambaran kosan sangat nyata. Namun yang perlu digaris bawahi –sang tokoh utama datang dengan kekecewaan terhadap sosok ayah. Maka alangkah lebih enak kalau ditajamkan pada sisi ini, sang tokoh antagonis –ayah diikutkan dalam pergulatan pemikiran dan hidup martin.
Seharusnya tidak logis kalau ada seorang kristen, baru pindah ke jogja, baru sadar dengan kehidupan keislaman-yang seharusnya sudah menjadi perhatian buatnya sejak lama, lagsung berkomentar macam2 tentang agamanya. Ini terutama terjadi di bab 4. Jadi seperti tidak natural. Lebih natural, jika dibuat bahwa kesedihannya atas kondisi ayah dan lingkungan spiritual kristennya-lah yang membuat dia kecewa dan meragukan agama itu. Bukan dipahami secara langsung dari tekstual, karena ini sulit terjadi. Biasanya orang kecewa dulu dengan sesuatu kondisi, baru dia merujuk pada tekstual. Kalaupun ia ‘tersadarkan’ secara tekstual, harus ada karakter yang memang sudah menggantung sejak lama, yang semakin menguatkan orang itu untuk melakukan hal besar seperti meragukan agamanya sendiri dan lalu pindah agama. Dan seharusnya dalam novel ini tanda tentang karakter itu terjadi secara berulang. Karakter itu seperti keingintahuan dan pemberontak. Sepertinya martin memang sudah digambarkan cukup baik dan sesuai, Cuma di bab 4 itu terlalu dini untuk meragukan agamanya sendiri. Ya... rasanya memang begitu.

Ada satu kisah menarik tentang mualaf. Ini saya baca dari buku autobiografi tokoh mahasiswa 80an. Judulnya mencari islam. Kisah seorang miranda-yang tadinya adalah remaja ceria, penari dan dari keluaga seniman, bisa masuk islam, hanya lantaran tidak sengaja meminjam buku sahabatnya berjudul ‘wawasan islam’. Kisah masuk islamnya diawali dengan keraguan tentang ketuhanan-mirip dengan yang dialami martin, hanya saja bercampur dengan keingintahuan dan karakter miranda yang memang nakal dan keras kepala, juga kekecewaan terhadap keluarga yang sudah sangat hambar, hanya neneknya yang punya cerita kekeluargaan dengan dia.
Nah, jelasnya, cerita martin masuk islam, yang menjadi plot utama novel ini, meskipun ada juga anak ceritanya, seperti cerita tara, seharusnya dibuat selogis mungkin. Dalam hal ini, menyelami kondisi pribadi sang martin harus dilakukan. Istilahnya penulis harus menanggalkan kepribadiannya, pengetahuannya, karakternya, dan bergabung dalam pribadi tokoh ceritanya, totally, secara pengetahuan, karakter dan keinginan. Dengan cara ini, cerita menjadi cerita yang natural, hadir dari pergulatan pemikiran dan perasaan tokoh dengan kondisi yang terbangun di sekitarnya –tentunya sebenarnya adalah kondisi fiktif yang dibangun oleh penulis.

- Alur Cerita
Ini adalah cerita dengan alur mundur. Flashback dari kejadian akhir. Memang dengan cara ini rasa ingin tahu menjadi muncul. Namun ada juga resikonya. Jika kondisi setelah kondisi akhir ini tidak jauh berbeda dari dugaan awal, maka pembaca akan jadi tidak bersemangat lagi. Atau dalam kata lain, pembaca akan mudah menebak apa yang akan terjadi, sehingga penulis seperti malah mengikuti pikiran pembaca, bukan pembaca mengikuti pikiran penulis.

Nah, dalam hal ini, cerita martin dihidangkan dengan cara yang sama. Setelah memaparkan kejadian akhir tentang martin yang masuk islam, kita langsung diberi hidangan tentang martin yang mempertanyakan agamanya, kecewa dengan ayahnya, dan merasa kaget dengan keislaman dan kebaikan orang-orang sekitar. Dalam hal ini, sebagai pembaca kita akan langsung bisa menebak apa yang akan terjadi setelahnya. Martin pasti masuk islam dengan mudah. Nah, dan itulah memang yang terjadi.

Akan lebih baik, jika penulis memberikan pemaparan yang jauh dari kejadian akhir yang muncul. Atau bertolak belakang sama sekali. Misalkan, meskipun martin kecewa dengan banyak hal tentang kenyataan ayahnya-yang mewakili kenyataan agamanya yang dulu, martin tetap menyimpan hubungan emosional yang kuat dengan agama itu. Misalkan ia tetap yakin bahwa agama kristen itu romantis, bahwa kristen itu damai dan menenangkan. Bahwa yesus menyentuh kesadarannya yang paling dalam tentang kemanusiaan.

Namun, kenyataan bahwa ayahnya demikian bengis, dan keluarganya yang hancur, dan ada kedamaian di luar sana ketika adzan, itulah yang membuatnya ragu, dan akhirnya mempertanyakan kebenaran agamanya, dan akhirnya membawanya pada kebenaran yang hakiki. Intinya bahwa secara keseluruhannya, sebuah cerita adalah rankaian konflik. Cerita tanpa konflik adalah hanya merupakan narasi suatu keadaan. Raja sakit dan pangeran gembira. adalah narasi. Pangeran gembira karena raja sakit, nah, inilah konflik.

Pada cerita ini, penulis sangat baik memberi kejutan dengan meninggalnya sang ibu dan sekaligus surat yang diberikannya. Mengetahui bahwa ibunya adalah korban kristenisasi menjadi fakta yang memperkuat dugaan bahwa martin memang seharusnya kecewa dan masuk islam. Namun ada dugaan lain yang muncul dengan fakta ini. jika ibunya memang terpaksa masuk islam, seharusnya ini sudah tercium sejak awal. ibu yang terpaksa menjalani hidup, akan bersikap di luar kebiasaan ibu umumnya. Dan ini seharusnya ditangkap secara indrawi oleh martin sejak awal. Namun dalam kisah ini, cerita sang ibu tidak banyak dibahas.

Saya punya teman, teman sd yang akhirnya-belakangan saya tahu- sudah masuk islam. Ia, seperti juga martin adalah seorang nonmuslim. Ibunya memang terpaksa memeluk hindu, karena sang ayah menikahinya. Namun ceritanya menjadi beda, karena teman saya itu sudah lama tahu bahwa ibunya memang terpakasa masuk hindu. Teman saya itu, waktu saya sd dulu, sudah tahu bahwa sepupunya islam, neneknya islam, bibinya islam, hanya dia dan keluraganya hindu. Ia bahkan tahu bahwa ayahnya sering memaksa ibu untuk tidak solat, dan akhirnya memaksanya pindah agama. Ini membuatnya sering berpikir, dan akhirnya waktu pelajaran agama ia sering ikut pelajaran agama islam-aneh kan? Seperti juga martin. Kalau kenyataan ini dipahaminya dari awal. akhir dari kisah teman saya itu adalah ayahnya meninggal, yang entah karena apa saya tidak tahu. Beberapa waktu setelahnya ia, beserta ibu dan adiknya masuk islam bersama-sama. Alhamdulillah.

- Gaya penceritaan dan Penokohan.
Sudut pandang yang diambil oleh penulis adalah sudut pandang orang pertama. Ini sangat baik untuk novel jenis ini, yang kebanyakan mengeksplor pemikiran dan perasaan sang tokoh. Pemilihan kata dan penyusunan kalimat menunjukkan bahwa novel ini memang menyasar kalangan remaja.

Pada pembukaan dan hingga beberapa bab pertama tampak bahwa penulis sangat menjiwai lingkungan dan karakter tokoh, sehingga gaya penceritaan yang diambil sangat menyenangkan. Terutama pada persahabatan antara martin dengan bayu. Ini adalah capaian luar biasa, karena penulis yang saya ketahui adalah seorang perempuan dan datang dari lingkungan yang banyak perempuannya-fakultas farmasi, namun kebanyakan tokoh yang diceritakan dan menjadi sangat esensi di novel ini adalah laki-laki (martin, bayu, ayah, fa’i). Bahkan ada tokoh yang diceritakan sangat maskulin –fa’i, yang memberi respon kejengkelan dengan cara menjotos, dan hobinya adalah balapan. Ini yang disebut dengan dunia fantasi penulis adalah di luar batas.

Penekanan yang perlu adalah pada penokohan martin yang seharusnya lebih kritis, sering bertanya, berdiskusi, dan tidak begitu saja menerima kebenaran islam. Seharusnya ada tanya juga saat sang tokoh mendapat kebaikan dari orang-orang sekitar. Ada tanya pula ketika ia dapati banyak orang islam di sekitarnya tidak maju. Bukan begitu saja menerima. Namun justru dengan tanya itu yang akhirnya selalu dijawab dengan hal-hal benar, yang membuatnya mengkutub pada satu pilihan, yaitu masuk islam.

Tokoh ayah sebaiknya lebih dikontraskan. Tidak hanya sebagai pendeta yang kalah dengan keluarganya, namun lebih dari itu, pekerjaannya, penghasilannya, juga sikapnya terhadap kenakalan anak-anaknya. Perlu juga mengiringi kehidupan martin selama di jogja. Bukan hanya muncul saat menelpon memberi tahu ibu terkena jantung.

Tokoh bayu yang dapat ditangkap adalah seorang alim dan zuhud. Ini sudah sangat melengkapi kehidupan martin. Namun sebagai seorang yang ideal dalam novel ini, seharusnya akan lebih dramatis, jika ia disetting menjadi korban. Korban ketidak dewasaan martin, korban saat martin mendebatnya tentang islam yang pasif. Korban karena ia juga tidak punya jawaban saat martin menyudutkannya. (tentu untuk ini kita harus memunculkan konflik) Namun bayu menjawab dengan sikapnya, jalan hidupnya, dan keislamannya. Baru ia bisa bicara bahwa tuhan ada di sini, di dalam dada, lebih dekat dari urat nadi. Nah, Ini akan lebih hebat.


- Ending
Cerita berujung pada masuk islamnya martin, yang menurut saya sangat majis. Endingnya benar-benar merubah cerita menjadi sebuah cerita horror, karena Fai yang datang ke dunia nyata padahal sesungguhnya ia sudah mati. Cukup terhenyak mendapati ending yang sepertinya sangat di luar dugaan, tapi sebenarnya sudah terjawab dari awal. Kenyataan Martin akan masuk islam sudah diketahui, namun caranya, ini yang sungguh di luar kepala.

Alangkah lebih baik kalau detil masuk islamnya martin dibuat menjadi lebih dramatis-jika ia dibuat menjadi ending (kecuali kalau setelah martin masuk islam masih ada cerita lagi). Karena setelah martin masuk islam cerita usai, maka cerita masuk islamnya harus detail dan dramatis. Dan menurut saya di bagian ini ada hal yang hilang, yaitu kondisi di masjid saat martin syahadat. Ini bisa dibuat lebih dramatis dan detil juga logis.

Overall, seperti yang saya sebutkan di awal tadi, cerita tentang perjalanan hidayah memang selalu mengguggah. Dan ini yang saya dapati setelah membaca Martin. Novel tentang perjalanan remaja yang masuk islam akan sangat bermanfaat untuk remaja Islam saat ini yang digempur banyak informasi negatif, terutama yang membawa arus liberalisasi dan pluralisme. Semoga kita selalu dalam hidayahNya, dan bersyukur dengan semua yang telah Allah berikan... amin..(Ashif Aminullah Fathan)