BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 11 Januari 2010

Setetes Air yang Mengalir Perlahan...

Ana izzihni

Baru beberapa minggu yang lalu, seorang temanku yang sekarang di luar kota Jogja, menghubungiku dan menanyakan kabar teman-teman yang lain di Jogja. Sudah lama aku tidak berkomunikasi dengannya sejak penerimaan mahasiswa baru di kampus kami masing-masing. Seperti biasa, aku menanyakan kabarnya juga di sana, apakah ia nyaman dan dapat menyesuaikan diri di tempat barunya di kota itu. Namun jawaban yang aku dapat cukup mengecewakan karena sampai saat ini, setelah dua bulan ia tinggal di kota itu dan merasakan suasana baru, ia mengatakan bahwa ia tidak betah dengan sussana di sana termasuk dengan teman-teman barunya. Menurutnya, kehidupan di sana dan teman-temannya itu tidak sejalan dengan prinsipnya. Ia juga mengeluh bahwa ia tidak menemukan satu teman pun yang dapat sejalan dengan perinsipnya itu, ia bahkan cenderung kaget dengan kehidupan di sana yang sangat berbeda dengan Jogja.

Sebenarnya aku tidak terlalu mengerti apa maksudnya, prinsip seperti apa yang ia maksud hingga tidak ada satu orang pun temannya sejalan dengan itu? Padahal menurutku ia bukanlah orang yang terlalu kaku hingga tak dapat menyesuaikan diri. Ia adalah orang yang baik, bahkan sangat baik dan sering memberi nasihat padaku jika aku mengalami masalah, baru kali ini aku mendengar ia mengeluh seperti itu. Ia adalah orang yang taat pada Allah SWT, jauh lebih taat dibandingkan aku, rasanya aku tidak pantas memberi nasihat pada orang sepertinya. Ternyata, orang seperti ia juga bisa mengalami hal sulit dalam menyesuaikan diri, padahal ia adalah orang yang fleksible dan tidak suka mempermasalahkan sesuatu.

Apa boleh buat, aku tidak mungkin bersikap masa bodoh setelah ia menceritakan apa yang ia rasakan itu, aku merasa harus memberi sedikit tanggapan padanya walaupin aku tahu, aku belum bisa memberinya nasihat atau membantunya menyelesaikan masalah itu. Dengan sedikit memilih kata-kata yang tepat, aku membalas SMS panjang yang berisi keluh kesahnya dengan kata-kata seperti ini, “Rul, kamu yang sabar, ya! Aku tahu kamu bukan orang yang lemah, apalagi untuk hal yang sedang kamu alami sekarang. Aku yakin kamu bisa! Karena kamu sudah pernah berhasil melewati hal yang jauh lebih sulit dari hal itu, terlebih lagi kamu melewatinya dengan sangat baik. Kamu harus yakin, kamu pasti bisa melewati semua ujian, godaan itu! Islam itu mudah, Islam itu indah, Islam itu anugerah. Semua itu yang harus kamu tunjukkan pada mereka, tapi bukan dengan kata-kata! Karena perilakumu jauh lebih baik dari kata-kata. Yakinlah, suatu saat nanti kamu akan membuat arus yang berbeda dengan mereka dan akan banyak orang yang mengikuti arusmu itu. Ok, Rul?! Kamu bisa, kok! ^-^ ”. SMS balasan itu memang tidak dalam satu SMS saja dan kata-kata itu juga tidak tertulis lengkap seperti di atas, tapi semoga itu bisa sedikit menguatkan temanku untuk tegar di sana.

Sejak saat itu aku merasa, justru bukan aku yang telah menguatkan ia, tapi justru ia yang telah menguatkan aku dan memantapkan prinsipku. “Islam itu mudah, Islam itu indah, Islam itu anugerah”. Kejadian itu membuatku sadar dan tahu apa maksud kata-kata di atas. Seakan ada setetes air lagi yang mengalir pelan dan mendinginkan hati ini, membuatku semakin berucap syukur pada Allah SWT atas Islam yang Ia berikan padaku.

Aku tahu, aku sadar bahwa aku orang yang masih jauh dari yang diharapkan Allah SWT, aku masih jauh dari golongan orang-orang yang disayangi Allah SWT, tapi satu hal yang aku percaya, apapun yang aku lakukan, apapun yang ada dalam hati ini, Allah SWT pasti melihatku. Ia pasti tahu betapa banyak kekurangan yang ada dalam diriku. Ia begitu Indah dan sangat menyukai keindahan. Aku yakin, Ia juga akan membimbingku untuk menjadi indah seperti yang diharapkan-Nya.

Untuk selanjutnya, aku ingin, bukan hanya aku yang merasakan indahnya Islam itu. Aku ingin orang lain, sebanyak mungkin, turut merasakan tetesan air itu di hati mereka, walaupun telah lama Islam melekat pada diri mereka, belum tentu mereka pernah merasakan sejuknya Islam yang membuat tenang dan damai. Seperti aku, yang juga baru saja merasakan kesejukan itu, walapun telah lama menyandang beragama Islam.

Mungkin alasan itulah yang dengan kuat mendorongku hingga menulis tulisan ini, sebagai salah satu syarat mendaftar forum kepenulisan yang berjalur dakwah Islam. Semoga ini adalah jalan menuju arah yang lebih baik. Aku bukanlah orang baik, untuk itu aku ingin menjadi baik. Aku bukan orang yang taat pada-Nya, untuk itu aku ingin lebih taat lagi. Seseorang harus berubah, tapi pilihan perubahan itu hanya ada di tangan orang itu sendiri.

Triana Candraningrum